Langsung ke konten utama

Sekolahku yang "super" Luar Biasa.. MAN INSAN CENDEKIA GORONTALO

Layaknya anak kelas 9 SMP/MTs lain, saya sibuk memikirkan masa depan saat itu. Mau SMA dimana ya? Mau masuk SMA atau MAN? Alhamdulillah, guru saya di MTs Mathlaul Anwar Pusat Menes saat itu adalah guru yang sangat peduli akan masa depan siswa/i-nya dan mencari informasi sekolah-sekolah lanjutan yang terbaik untuk muridnya. Sudah 3 tahun (sejak tahun 2007) kakak kelas saya berhasil masuk sekolah luar biasa yang menjadi idaman saya kemudian. MAN Insan Cendekia. Sekolah yang awalnya didirikan Prof. BJ Habibie ini merupakan salah satu sekolah terfavorit saat ini di Indonesia.Sekolah ini memberikan fasilitas gratis bagi siswa/i-nya baik dari pakaian sekolah, buku pelajaran, biaya sekolah, asrama, makan, dan fasilitas sekolah lainnya. Tidak mudah bagi siswa kelas 9 untuk dapat menempati 1 dari 240 kursi yang tersedia saat itu.
Suatu kebahagiaan bagi saya pada saat itu berhasil mendapat kesempatan 1 dari 7 siswa MTs saya yang didaftarkan ke sekolah ini. Bukan main tahapan yang dilalui untuk bisa test sekolah ini. Saya adalah 1 dari puluhan ribu orang yang berhasil melewati seleksi berkas dan mendapat kesempatan test tulis saat itu. Sekolah ini sangat banyak direkomendasikan oleh orang tua di seluruh pelosok negeri. Saat itu 2010, saya dan 6 teman saya mengikuti test MAN IC ini di suatu madrasah di Serang, Banten. Melihat banyak orang yang mengikuti test dan antusia mereka saya sedikit gugup dan kurang percaya diri. Bagaimana mungkin anak daerah seperti saya bisa meraih kursi sekolah idaman ini. Test tulis saya lalui tetap dengan penuh semangat, fokus dan optimisme. Setelah menyelesaikan test pun saya masih digelayuti perasaan pesimis dan pasrah tawakal kepada Allah.
Setelah melewati test itu, saya tidak pernah berhenti membayangkan rasanya sekolah disana. Sekolah idaman saya sejak kelas 7 MTs karena terinspirasi dari kakak-kakak kelas terdahulu. Bahkan tak terbesit sedikitpun mau kemana saya sekolah jika tidak lolos ke MAN IC. Saya pun mau tak mau mencoba mendaftar ke sekolah lain dan memilih mendaftar di sekolah favorit di ibu kota Provinsi Banten. Keraguan saya lolos di SMA itu justru lebih besar dengan melihat anak-anak SMP yang lebih banyak dari kalangan sekolah-sekolah ternama di kota itu. Tapi saya tetap melanjutkan test di SMA ini.
Pengumuman kelulusan ke MAN IC diumumkan di hari kedua pelaksanaan test saya di SMA negeri. Hari pertama saya mengikuti test dengan sebaik-baiknya di SMA ini dan tetap sedikit tidak fokus karena cemas akan hasil test MAN IC esok hari. Dan hari itu datang.. 25 Mei 2010, di kamar rumah saudara saya, saya dan teman saya Amel mendapat kabar bahwa kami (Nita, Amel, dan Winni :)) lolos ke MAN Insan Cendekia Gorontalo. Kami bersorak sorai tak percaya dan bergegas ke warnet karena tidak percaya akan hasil yang kami dengar itu. Dan saat itulah saya mulai bernafas lega. Alhamdulillah Ya Allah.. Kami diberi kesempatan untuk bersekolah di sekolah impian kami. Cita-cita kami bersama.
3 tahun bersekolah di MAN ICG membuat saya belajar banyak sekali hal-hal baru. bukan hanya pelajaran SMA dan agama tentunya. Tapi juga belajar berinteraksi, komunikasi, kesempatan berteman dengan teman-teman dari berbagai daerah, hidup mandiri, budaya baru, gaya belajar yang lebih baik, ilmu agama dari guru-guru yang luar biasa, dan masih banyak lagi. Bukan masalah jauh dari orang tua karena atas ridho kedua orang tualah saya justru bisa hidup sendiri dengan baik. Atas doa orang tualah saya bisa meraih mimpi besar saya dulu.
Jadi buat siapun di luar sana, orang tua, siswa SMP, guru, jangan khawatir untuk sekolah di MAN yang luar biasa ini, kini MAN IC semakin banyak cabangnya dan prestasinya juga semakin banyak. Saya memang bukan siapa-siapa setelah bersekolah disini. Saya hanya salah satu siswi MAN IC yang tidak banyak prestasi. Tapi saya sekolah disana bukan hanya untuk diri saya, tapi saya masih bisa mengharumkan sekolah saya bahkan setelah menjadi alumni :).
Jangan ragu untuk sekolah di MAN Insan Cendekia. Akan banyak hal yang kalian dapatkan bahkan yang belum pernah terbayangkan sebelumnya. Banyak ustadz dan umi yang akan membimbing disana dengan penuh kasih sayang pastinya.

Salam hangat untuk seluruh alumni dan ustadz/umi MAN Insan Cendekia Gorontalo dimanapun berada. ^^

                                              Lokasi foto: Gedung Serbaguna-MAN ICG


Nita Mauliawati
Angkatan 14 MAN ICG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Journey to JAPAN!! #Part1

Halo blogku yang mulai usang termakan jaman >,< Kisah cukup panjang akan mulai kubagikan. As you see above, this is about JAPAN!!! kyaaa.. Yaps.. Jepang.. dengan segala ke- riweuh an dibalik perjalanannya.. dengan segala penghematan dan pengiritan -ampe hampir jadi gelandangan di negeri orang.. :(( sedih gaaa?? Well, kisah ini dimulai dari tahun lalu atau mungkin 2 tahun lalu (?), iya betul.. FYI, sebagai mahasiswa tingkat 2 semester 4, kami baru memilih tujuan hidup kami (a.k. dosen pembimbing). Dimana kisah pemilihan dosen ini sendiri kayaknya ga cukup kalo cuma diceritain satu paragraf dowang yak.. Ya singkat cerita, dari rebutan, tangisan, gondok2an, pemilihan dosen tersebut..tembuslah diriku pada dosen idamanku yang ku jatuh cinta dari mulai kelas perbengkelan <3 sangat beruntung dibanding teman lain yang cukup banyak yang terpaksa, mau gamau, hidupnya berada di tangan dosen yang tidak sepenuhnya ia pilih.. tapi namanya dosen IPB.. ya pasti t

CHILDHOOD MEMORIES 🚼 PART #1

1995, August 11th , has been born a child of a soldier and a housewife. I don’t remember how I got out of my mother’s belly. Which I must have been sure, at that time my mother was very strong at risking her life to give birth to me. And my father is always working hard for us as a family. Since childhood, I have a nickname “dede” or “dede nita” because I am a second child and my sister is called “teteh” (call for sister in Sundanese). Therefore, the people around me used to know me with “Dek nita”. I spent my childhood in Cianjur city.  All I remember when I started kindergarten school, I loved school so much. My mom says I’m happy to read even I’ve read fluently from the age of 6 years. First, my mother opened a small shop in the Cianjur’s Terminal in front of Ramayana Department Store. My mother’s small stall sells food and drinks as well as some basic foods and cigarettes. My father in addition to being a soldier also has a side job of having a public transportation